SEJARAH DESA KAUMAN
A. ASAL USUL NAMA KAUMAN*)
Nama Kauman berasal dari Istilah Kawulo Slamet Aman dengan mengacu pada sejarah bahwa dahulu ada sekelompok orang yang menghuni sebuah hutan. Orang orang ini merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupannya karena ketentraman mereka selalu diganggu oleh para penghuni hutan yang berupa binatang, para budi srani dan penunggun lainnya. Pada suatu hari mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Eyang Dullah Srengat untuk mengadakan perlawanan dengan penunggu hutan tersebut dengan cara menebang subuah pohon yang teryata sebagai tempat persembunyian para pengganggu kehidupan mereka.
Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah Dullah Srengat bersama teman-temannya untuk mengadakan perlawanan dengan penghuni hutan itu. Namun dalam beberapa kali penyerangan yang dilakukan, Eyang Dullah Srengat mengalami beberapa hambatan, sehingga penaklukan kepada penghuni hutan belum membuahkan hasil.
Pada suatu hari ada seorang dari klaten bernama Amir Mahmud yang sedang dalam perjalanan menemui Raden Betoro Katong. Orang ini membantu eyang Dullah Srengat dan kawan kawannya untuk menaklukkan para penghuni hutan.
Dalam penyerangan kali ini Eyang Dullah Srengat dan Eyang Amir Mahmud berhasil membakar pohon yang jadi tempat persebunyian para pengganggu dengan cara yang sangat tradisional yaitu menggesek-gesekkan batu lintang ke pohon yang telah dilingkari dengan bunga alang-alang. Karena panas maka percikan batu itu dapat menimbulkan api dan membakar bunga alang-alang sehingga pohon itu tumbang. Ketika pohon tumbang itulah bumi bergetar dan tiba-tiba muncul seorang pertapa ngalong bernama kibekel Wiryo Dikromo Niti atau terkenal dengan sebutan mbah Solo yang di makomkan di kedung pawun, membantu menaklukkan penghuni hutan. Yang akhirnya kawasan hutan berhasil ditelukkan.
Walaupun kawasan hutan telah ditelukkan, namun mereka tidak akan mengganggu kawulo penghuni hutan. Ini artinya penghuni hutan tetap dalam keadaan aman sebagaimana yang di ucapkan oleh Amir Mahmud ketika menancapkan teken di dekat pohon yang tumbang sebagai tanda telukan. Disisi lain Eyang Dullah Srengat tetap minta supaya kehidupannya di dalam hutan itu tidak di ganggu oleh kawulo hutan.
Pembicaraan kedua orang itu disaksikan oleh kiBekel Wiryo Dikromo Niti. Maka atas permintaan kedua orang tersebut, bekel wiryo Dikrono niti berucap bahwa hutan telukan itu adalah laladan Kawulo Aman.
Dalam perkembangannya kawasan taklukan dari Dullah Srengat Amir Mahmud, dan ki bekel Wiryodikromo menjadi daerah yang maju, sehingga terbentuklah suatu pemerintahan dengan nama Kauman, dengan mengacu pada sejarah bahwa leluhur mereka adalah Kaum yang minta Aman.
Petilasan Eyang Dullah Srengat di depan Balai Desa sekarang ini dan di makomkan di Oro-oro Belik Telu Dukuh Tamanan.
Makom bekel wiryodikromo niti |
Makam Eyang Dulah Srengat |
Sedangkan makom Amir Mahfut adalah di Daerah Tosari Ponorogo. Adapun tongkat Amir Mahfut terkadang masih menampakkan diri kepada orang-orang di sekitar tempat petilasan itu.
*) Hasil ritualan tim penelusur dan mbah Toyib
B. BEBERAPA PENDAPAT TENTANG ASAL USUL DESA KAUMAN
1. Versi Bapak Muhammad
Dari Alm Mbah Sidik, bahwa yang babat Desa Kauman itu Ponco Gati yang di makamkan di pasarean Temon Dukuh Kepek.
2. Versi Pak Tumiran RT
Bahwa Cikal Bakal Babat Desa Kauman itu Mbah Solo dan Mbah Joyo Deni yang di makamkam di pasarean Kedung Pawon Dukuh Tengah Desa Kauman, mengingat bahwa selama ini telah dilakukan ritual secara turun temurun bagi warga yang punya hajatan. Hal ini dilakukan oleh masyarakat kauman maupun dari luar Kauman.
3. Versi Ibu HJ Sulari
Dari Alm Mbah Umar, bahwa Ponco gati itu orang pendatang dari Solo sama dengan mbah Solo yang juga di makamkan di Kedung Pawon
4. Versi pak langgeng
Berdasarkan cerita dari orang tua pak Langgeng dan juga cerita dari Eyang Merto Kusumo cucu bupati Somoroto, menegaskan kadipaten Somoroto dengan laladan Kawulo Slamet / Kauman lebih dulu Kawulo Slamet / Kauman. Pak Langgeng dan orang tuanya masih murit dari Eyang Merto Kusumo.